Aku benci kecoa

Huaaaooooeeemmm…. setelah sekian lama tidur panjang ngga nulis di blog, tiba-tiba aku dapat inspirasi yang tidak diduga untuk menulis

.
Ceritanya pagi ini aku mutusin ngga masuk kantor karena ngga enak body. Mata berkunang-kunang, sudah semalaman diare, suhu tubuh meningkat perlahan tapi pasti. Tempat tidur merupakan satu-satunya tempat yang nyaman untuk kutinggali saat ini. Karena badan kurang enak, aku melupakan hal-hal yang kulakukan sebelumnya (orang jawa bilang nyawanya masih belum kumpul semua atau bisa dibilang setengah sadar). Tiba-tiba aku dikejutkan dengan teriakan……..

Suamiku: “wah… kecoanya banyak banget”
Aku       : “he eh… emang banyak kok”  (setengah sadar jawabnya)
Suamiku: “kok bisa pada mati semua???”
Aku       : “oyah???” (sambil merem, maklum lemes banget)

Kemudian dengan susah payah aku mengumpulkan sisa-sisa tenaga yang ada untuk bangun dan melihat TKP dimana suamiku tiba-tiba menjadi “heboh” pagi-pagi. Ternyata sodara-sodara, gantian aku yang teriak….

Aku       : “waaaaaahhh kok banyak banget????”
Suamiku: “yah… capeeek deh, tadi aku bilang apa???”

Sambil berjalan berjingkat-jingkat aku mendekati suamiku. Aku melihat bangkai-bangkai hewan yang sangat kubenci sejak kecil itu bertebaran di penjuru rumah. Di kamar mandi aku melihat ada kecoa dewasa 2 ekor, dan yang lainnya masih kecil-kecil, terpampang tak bernyawa, terbalik. Di ruang tamu ada beberapa ekor kecoa dewasa masih meregang nyawa. Di dapur ada kecoa yang sudah diusung semut. Sungguh bukan pemandangan yang menyenangkan.

Setelah berpikir lamaaaaaa sekali, aku baru sadar, pada saat aku “berkawan baik” dengan kamar mandi, aku sengaja menyemprotkan racun serangga saat kulihat ada antena kecoa yang nyempil di tembok kamar mandi yang terkikis air. Rupanya cairan racun itu memaksa mereka keluar dari sarangnya di bawah tanah untuk mencari “udara segar”. Tapi perlahan-lahan mereka malah mati setelah merangkak keluar. Aku lega…. sekaligus ngeri karena ternyata rumahku dan kamar mandiku yang nampaknya bersih menyimpan banyak “slempitan” sana-sini yang sering jadi tempat sembunyi kecoa (maklum rumah tua).

Aku amat sangat membenci hewan ini. Bentuknya yang aneh, dan gerakannya yang cukup cepat membuat aku selalu bisa melakukan hal aneh kalau bertemu dengannya. Aku bisa teriak sekencang-kencangnya, menggapai-gapai apa saja yang bisa digunakan sebagai senjata mempertahankan diri, atau bahkan langsung loncat ketempat yang lebih tinggi. Aku lebih memilih menahan untuk tidak buang air kalau di kamar mandi tiba-tiba ada kecoanya. Padahal badanku lebih besar daripada kecoa itu. Tapi reputasinya sebagai hewan “hama” membuatku mundur seribu langkah kalau perlu untuk menghindarinya. Pokoknya aku benci kecoa, titik!!! (jadi emosi hehehehe…)

Hidup di Indonesia yang beriklim tropis membuat aku tidak akan bisa bebas tanpa melihat hewan ini berkeliaran. Hewan ini berkembang cukup baik di iklim tropis, menelurkan ratusan telunya, berkembang-biak dan menyusupi semua rumah. Belum lagi hewan ini sudah hidup di bumi sekitar 300 juta tahun yang lalu, sekitar 5000 spesies tersebar di seluruh dunia. Bahkan aku pernah membaca bahwa hewan ini mampu bertahan hidup beberapa minggu tanpa kepala!!! Imagine that….?!? Selain itu hewan ini konon dikatakan dapat hidup walau dilingkungan dengan radiasi tinggi, dan dapat selamat dari serangan nuklir. Gileeee bukan???

Tapi manusia sungguh hebat, sekali tepok pake sandal jepit mampusss sudah… habis perkara!!! hehehehe…

NB:
Aku juga ngga suka ama tikus dan cicak!! Mereka sama menjijikkannya dengan kecoa.
Satu lagi, fotonya minjem disini

tulisan ini pindahan dari blog lamaku yang sekarat.

Leave a comment